kursor berjalan

Sabtu, 17 April 2021

3th Anniversary


Waktu cepat sekali berlalu, namun aku bahagia bisa selalu bersamamu....
Momen kali ini ditutup dengan instropeksi diri, ungkapan, harapan, dan tukeran hadiah.
Oke, mungkin ini hal sederhana, namun bagiku ini hal yang sangat berharga.
"Meremajakan" kembali suatu hubungan itu perlu, agar masing-masing bisa merasakan momen indah bersama.
Ungkapan dan harapan itu perlu, karena beberapa ungkapan bisa jadi bahan evaluasi, dan.... harapan juga nggak kalah pentingnya, yaitu untuk acuan dalam memilih langkah selanjutnya.
Terimakasih.. untuk setiap moment berharganya.
Terimakasih untuk waktu bersama yang selalu diprioritaskan.
Terimakasih hadiahnya....
Semoga hadiah ini bisa jadi penyemangat dan ilmu baru dalam hidupku.

-With Love-

IRM

Minggu, 04 April 2021

Momen Bersama


Ketika waktu terasa berjalan sangat cepat, maka selipkan momen2 kecil di dalamnya, agar lelak kita bisa menikmati kenangan2 indah itu bersama....

Kita tidak bisa membuat waktu menjadi cepat atau lambat, namun kita bisa memilih untuk selalu memanfaatkannya menjadi kenangan-kenangan indah yang akan di kenang bersama di kemudian hari.

Hari ini, kenangan kecil ini akan kita rindukan suatu saat nanti.
Jalan-jalan sore tapa rencana, hanya bermodal sendal jepit dan Hp, namun... kita bisa membuat si kecil bahagia.
Ya, mungkin hal kecil yang kita lalui dengan si kecil tidaklah banyak, namun dari hal2 kecil itulah kita berharap hatinya akan terisi kegembiraan.

Semoga... kamu mengingat kenangan2 indah ini nak...

We love you kk & dd 🥰

#Kenangan #CeritaKecil #Momen #TantanganMenulis30Hari #HariKe-5

Sabtu, 03 April 2021

KOSONG


Sebenarnya nggak tau mau posting apa.
Rasanya tu kosong.....
Di saat tidak bisa menjadi sesuatu yang berarti.
Di saat waktu berlalu begitu saja.
Di saat tidak bisa mengendalikan diri.
Di saat semuanya ikut tak terkendali.
Rasanya itu.... KOSONG

#TantanganMenulis30Hari #HariKe-4

Jumat, 02 April 2021

Tips Memperbanyak Produksi ASI (Tanpa Minum Booster ASI)


Assalamu'laikum moms...
Para pejuang ASI mana nih suaranya.... 🤚
Wah... memang dunia per-emak2an tuh nggak jauh-jauh dari ASI, ASIP, menu 4 bintang, dan GTM ya moms...

Nah... kali ini, aku mau share tentang tips2 memperbanyak ASI tanpa harus minum booster ASI loh.... 😁

Sebenarnya kalau DBF, ASI kita tu cukup untuk si kecil. Nah.. yang jadi masalah adalah ketika kita harus menyiapkan ASIP (Air Susu Ibu Perah), karena kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.
 
Untuk para moms yang bekerja di luar, tentu ASIP sangatlah penting karena dengan ASIP, moms tetap bisa memberikan si kecil ASI eksklusif, walaupun kandungannya mungkin tidak sama dengan ketika DBF (direct breastfeeding/menyusu langsung). Tapi ini lebih baik dibandingkan susu formula.
Oke, berikut merupakan tips-tips memperbanyak ASI:

1. Perbanyak konsumsi protein
Hal yang perlu dilakukan untuk memperbanyak ASI adalah dengan menjaga asupan makan kita, dan protein sangat penting untuk menunjang produktifitas ASI. 

2. Tidur yang cukup
Tidur yang cukup juga merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan produksi ASI. Hal ini nerkaitan dengan kondisi tubuh kita. Jika kondisi tubuh kita fit, maka kita akan punya banyak waktu di keesokan harinya, dan dapat terhindar dari stress akibat kelelahan fisik.

3. Banyak minum air putih
ASI itu salah satu cairan tubuh, jadi dengan menambah cairan yaitu dengan mengkonsumsi air putih, maka tubuh akan memproduksinya dengan baik.

4. Tidak stress
Nah.. stress merupakan salah satu yang dapat menurunkan produksi ASI. So, jika ingin ASI yang berlimpah, maka hindari hal-hal yang dapat memicu timbulnya stress.

5. Massage PD
Awal-awal keluarnya ASI itu ditandai dengan bengkaknya payudara. Di saat itulah perlu massage PD. Hal ini agar melancarkan jalannya ASI keluar dari PD.

6. Sering pumping PD
Pumping/memerah ASI juga merupakan salah satu yang dapat memperbanyak ASI. Hal ini berkaitan dengan cara kerja ASI.
Semakin sering kita perah, maka "mesin" yang memproduksi ASI akan memberikan sinyal bahwa ASI diperlukan, sehingga tubuh akan terbiasa memproduksi ASI lebih sering.

7. Percaya kalau ASI kita banyak
Point terakhir adalah kita percaya bahwa ASI kita banyak. Ini juga termasuk doa dan sugesti ke diri sendiri.

Oke moms, itu merupakan beberapa tips yang dapat memperbanyak ASI tanpa harus minum booster ASI. Beberapa hal tersebut merupakan pengalaman ku selama menyusui.

Semoga bermanfaat...

#MemperbanyakASI #ASIEksklusif #TipsMemperbanyakASI #CeritaPribadi #CatatanKecil #BerbagiCerita #TantanganMenulis30Hari #HariKe3

Kamis, 01 April 2021

Ibu Idealis Vs Ibu Bahagia


Assalamu'laikum moms...

Kali ini aku lagi kepikiran tentang kehidupan seorang perempuan setelah punya anak.
Seperti di judulnya, "Ibu idealis apa ibu yang bahagia" .... hmm 🤔

Jujur, sebelum nikah dan punya anak, aku termasuk tipe yang idealis. Memandang segala sesuatu dengan sudut pandangku secara idealis. Namun, seiring berjalannya waktu dan banyak hal yang terjadi dalam hidupku, aku mulai banyak belajar tentang kehidupan.

Ternyata kehidupan yang sebenarnya terjadi ketika kita sudah menikah.
Menikah itu nggak sesederhana apa yang kita bayangkan, tapi juga nggak serumit kayak di sinetron2 😄

Menjalani kehidupan pernikahan itu seperti menjalani beberapa peran, dan semuanya itu merupakan peran penting. Peran sebagai seorang istri, ibu, menantu, dan peran sebagai seorang anak. Dari beberapa hal ini, akan selaras jika memiliki pemikiran yang sama. Namun, tidak menutup kemungkinan perbedaan-perbedaan itu terjadi.

Nah... sebenarnya ibu yang sempurna itu seperti apa sih? Apa seorang ibu yang idealis merupakan ibu yang sempurna buat anak-anaknya? Ataukah ibu yang sempurna itu ibu yang mampu memberikan segala sesuatu untuk anaknya?

Duh... pemikiranku sebelum nikah adalah ibu yang sempurna adalah ibu yang selalu bersama anak-anaknya, ibu yang selalu ada untuk anak-anaknya, ibu yang full di rumah, ibu yang selalu masak untuk keluarga, dan ibu yang punya wawasan luas. Itu pemikiranku sebelum jadi seorang ibu. Namun, saat ini aku rasa pemikiran seperti itu merupakan pemikiran orang yang idealis, dan.. realitanya nggak ada ibu yang sempurna, yang ada adalah ibu yang mau melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Karena setiap ibu punya caranya masing-masing untuk membahagiakan anak-anaknya.

Setiap ibu punya pilihannya masing-masing.
Ada ibu yang memilih full di rumah tapi tetap dibantu ART, ada ibu yang bekerja dan dibantu ART, ada ibu yang memilih mengerjakan semua hal, mulai dari urusan rumah, dapur, suami, dan anak2, dan ada juga ibu yang full di kerjaan. Semua itu memiliki konsekuensinya masing-masing. Tanpa harus dikomentari ini dan itu, seorang ibu sudah memilih hal yang paling membuatnya selalu bimbang.

Namun, satu hal yang pasti, seorang ibu mengutamakan kebutuhan anak-anaknya dan juga suaminya dibandingkan dirinya sendiri.
So, kira-kira, ibu yang idealis itu baik nggak buat anak-anak?
Emm....
Menurutku, dari beberapa hal yang sudah aku alami, yang paling dibutuhkan untuk anak-anak itu adalah IBU YANG BAHAGIA 😊
-Bahagia terhadap perannya sebagai seorang ibu.
-Bahagia saat bermain bersama (tanpa beban).
-Bahagia saat menghabiskan waktu bersama anak-anaknya.
-Bahagia ketika bekerja karena ada perasaan2 rindu, dan
-Bahagia atas segala hal yang ada pada anak-anaknya. 

Dari perasaan Bahagia itu, maka akan tumbuh jiwa yang kuat dalam diri seorang ibu. 
Dari perasaan Bahagia itu, akan melahirkan anak-anak yang penuh dengan limpahan kasih sayang.
Dari perasaan Bahagia itu, tangki cinta anak dapat terpenuhi, dan
Dari perasaan Bahagianya seorang ibu, maka akan tercipta fondasi keluarga yang kokoh.

So, perasaan BAHAGIA nya seorang ibu sangat dibutuhkan dalam mendidik anak-anaknya. Bukan hanya sekedar idealistis, tapi psikis ibu jauh lebih penting dari pada itu, karena setiap ibu punya kondisi yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa disamakan antara kondisi ideal ibu si A dengan ibu si B.

#CeritaKecil #CeritaPribadi #PeranIbu #Idealis #Bahagia #TantanganMenulis30Hari #HariKe2

Rabu, 31 Maret 2021

Cerita Melahirkan Secara Alami Part 1

Assalamu'alaikum moms...
Hallo....
Ini postingan pertamaku setelah entah berapa tahun aku off nulis, dan kali ini postinganku "berbau" emak2 🤭
Oke, di postingan ini, aku mau cerita tentang proses persalinan secara alami. Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat ya...

Perkenalkan, aku ibu dari 2 anak yang keduanya lahir dengan BB 3,9 kg.
Kata kebanyakan orang sih BB lahir segitu termasuk besar, dan aku pun nggak nyangka bisa melahirkan secara alami dengan BB bayi sebesar itu.
Emm... kira2 apa ada tipsnya? 
Nggak tau ya ini termasuk tips apa bukan, yang jelas aku mau share pengalaman aku aja tentang persalinan alami.
Dua kali menjalani kehamilan, yang aku rasakan tu berbeda. Berbeda mood nya, napsu makannya, dan pola makannya. Tapi yang jelas, dari perbedaan-perbedaan itu, aku menyimpulkan bahwa untuk bisa melahirkan secara alami kita perlu "Yakin".
1. Yakin kita bisa.
2. Yakin tubuh kita bisa.
3. Yakin bahwa janin kita bisa diajak kerja sama.
Pola makan yang sehat, asupan gizi yang seimbang, olahraga ringan, dan pendukung2 lainnya memang perlu, tapi... menurutku hal yang paling mendasar adalah dari diri kita sendiri, mindset kita, bahwa kita bisa.
Selama kehamilan, aku rutin kontrol ke bidan dan dokter. Sebenernya boleh salah satu aja. Tapi.. aku pengen mendapat masukan dari dua tenaga medis. Ini aku lakukan baik di kehamilan pertama maupun pada kehamilan kedua.
Oke. Aku cerita proses persalinan pertama dulu ya...
Pada kehamilan pertama, anakku lahir sebelum HPL (Hari Perkiraan Lahir), maju 2 minggu sebelum HPL, tepatnya di usia 39 week.
Aku ingat, waktu itu malam sekitar pukul 21.00 WIB, aku ke toilet untuk BAK. Ternyata saat itu aku menemukan tanda2 persalinan. Ada setitik bercak darah di celana dalamku. Tapi aku tidak langsung memutuskan untuk ke RS. Aku memilih tidur dulu karena belum ada kontraksi yang intens. Nah... pas pukul 12.00, aku kebangun lagi karena mules dan merasa ingin buang air kecil. Namun, saat itu justru keluar lendir merah yang lumayan cukup banyak. Akhirnya aku dan suami siaga untuk ke RS.
Singkat cerita, sesampainya di RS ternyata sudah pembukaan 4, sekitar pukul 01.00. Saat itu, aku langsung diinfus dan diinduksi.
Oke. induksi... (aku teringat cerita teman tentang induksi).
Namun, yang aku rasakan seperti mules2 haid saja, nggak seperti yang diceritain teman2 tentang induksi (mungkin tiap orang berbeda2 ya).
Proses persalinanku lumayan berjalan cepat dan lancar. Setiap 30 menit sekali, pembukaan terut bertambah. Setiap kontraksi aku selalu dzikir dan berusaha berkomunikasi dengan janinku.
Aku pun merasa dibantu sangat sangat dibantu dengan adanya support dari suamiku, yang dari awal sampai akhir setia menyemangati. Terima kasih mas...
Aku yakin bahwa tubuhku mampu menjalani persalinan ini, aku yakin bahwa janinku bisa diajak kerjasama, aku yakin bahwa Allah akan membantu proses ini. Pokoknya saat itu yang tertanam adalah keyakinan, dan dari keyakinan keyakinan itu, alhamdulillah aku bisa melewati setiap gelombang cinta (kontraksi) selama proses persalinan.
Jika moms ada yang berfikir "Oh... kondisinya normal semua, makanya bisa lahiran secara alami". "Oh.. asupan gizinya baik". "Oh.. minum vitaminnya yang mahal". Dan anggapan2 lainnya.
Maka aku jawab "NO"!
Di usia 5 bulan, Hb ku rendah (8,5) yang katanya normalnya untuk ibu hamil tu sekitar 11 atau lebih. Kemudian urin ku positif, yang artinya setiap protein yang masuk itu tidak masuk ke janin tapi keluar lagi lewat urin, dan ini bukan kondisi yang normal. Bahkan di minggu2 menjelang persalinan, dokter bilang bahwa janin ku terlilit tali pusat. Tapi dari semua itu, aku tetap yakin bisa melakukan persalinan secara alami. 

#CeritaPersalinan #Part1 #TantanganMenulis30Hari
#CeritaPribadi #HariKe1

Jumat, 18 September 2015

Review: Sociology as life or death issue, Robert J. Brym


Dalam buku ini, Robert J. Brym membahas mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan kematian individu yang bermasyarakat. Pada bab I, ia menggambarkan bagaimana kematian dipandang bagi masing-masing individu. Dalam pembahasannya, ia membedakan pandangan antara individu yang beragama dengan tidak. Individu yang beragama cenderung kurang mengkhawatirkan akan kematian, karena ia percaya adanya suatu ganjaran. Ia juga memaparkan isu kematian dengan menganalogikan seperti aturan permainan bagi anak-anak. Di mana setiap permainan memiliki cara main atau aturan mainnya masing-masing. Seperti dalam pembahasannya, setiap orang memiliki pandangan sendiri tentang kematian seperti halnya anak kecil yang sedang bermain, di mana di dalam permainannya adakalanya kita ‘mati. Seperti dalam permainan petak umpet, siapa yang tertangkap maka ia mati. Ketika dia mati, maka dia tidak bisa mengikuti permainannya, saat itulah dia bisa istirahat. Beberapa orang yang beragama terkadang kurang mencemaskan kematian karena mereka percaya adanya ganjaran dan kehidupan yang abadi di surga. Agama membuat seseorang mematuhi perturannya, karena di dalam agama terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi bagi tiap pemeluknya. Misalnya, salah satu peraturan dalam suatu agama, bahwa pernikahan hanya dapat menikahi satu orang dan tidak diperkenankan adanya perceraian.
Dalam bab ini juga ia memaparkan mengenai kekhawatiran-khawatiran individu dalam menghadapi kematian, karena kematian tidak dapat diprediksikan oleh manusia. Hanya Tuhan yang mempunyai hak untuk itu. Kematian tidak dapat disangkal, sekalipun kita menginginkan kehidupan yang bahagia, tetap akan tahu bahwa kita akan mati. Kesiapsiagaan tak akan terelakan karena kita fokus bagaimana menjadi yang terbaik untuk hidup yang berarti di sisa waktu kita: macam-macam karir yang dikejar demi membuat kita bahagia, namun ada beberapa orang membutuhkan suatu jalinan persahabatan dalam masa yang panjang.
Ia juga memaparkan bahwa dengan tidak bisa diprediksinya kematian, membuat sebagian orang memilih untuk hidup lebih baik lagi. Ada suatu gambaran kehidupan yang lebih baik, mereka menghadapi ketidakpastian kematian dengan segera menginvestasikan tenaga mereka untuk menetapkan situasi dan gambaran dari harapan orang lain, dengan selalu berusaha untuk menciptakan realita sosial yang berarti (Berger dan Luckmann, 1967). Fakta lainnya, kita menciptakan sesuatu yang berarti dalam sebuah institusi. Selain itu, nilai ekonomi dan pendidikan yang semakin meluas dari tahun ke tahun. Tetapi hanya terikat bahwa perguruan tinggi dan universitas hanya untuk penempatan kerja semata.

Sosiologi
Berkaitan dengan sosiologi, Durkheim menyatakan bahwa sosiologi merupakan sarana untuk memperbaiki kesejahteraan manusia dengan pendekatan sosiologi klasik kita dapat memahami masyarakat, seperti teori suicidenya Durkheim.
Sebagian besar orang berpikir suicide atau bunuh diri merupakan gambaran aksi anti sosial. Menyederhanakan pendapatnya Durkheim ada 3 level solidaritas sosial dalam tingginya tingkat bunuh diri:
  1. Solidaritas lemah: pendapat Durkheim menyatakan bahwa karakteristik golongan dan masyarakat yang rendah level solidaritas sosialnya memiliki tingkat bunuh diri yang lebih tinggi, karena ia jarang berinteraksi, rendahnya nilai dan standar moral, hal ini menjadikan individu memiliki solidaritas rendah.
  2. Solidaritas menengah: jika menginginkan tingkat bunuh diri menurun, kita harus mempunyai sosok yang memliki ikatan kuat di masyarakat modern. Sebagai contoh, Amerika Utara yang menciptakan sistem yang berkualitas tinggi, yang dapat diakses, misalnya penitipan anak. Kemudian anak-anak akan lebih baik jika diawasi, menikmati interaksi dengan teman sebayanya dan orang dewasa, dan saling bersosialisasi. Di waktu yang bersamaan, orang dewasa lainnya (ibu tunggal) melakukan pekerjaan dan ikatan sosial baru dengan rekan kerjanya. Demikian peningkatan level solidaritas sosial, kita harap dapat menurunkan angka bunuh diri.
  3. Solidaritas tinggi: meskipun secara umum ada kemunduran di dalam solidaritas sosial, beberapa golongan mempunyai karakteristik luarbiasa pada level solidaritas yang tinggi. Ketika anggotanya terancam, mereka rela mengorbankan hidup mereka demi melindunginya. Sebagai contoh, seorang tentara yang mempunyai hubungan dekat dengan militer mungkin akan mengorbankan dirinya untuk melindungi temannya.

Teori Suicide Durkheim
Durkheim menyebutkan bahwa bunuh diri pada solidaritas tinggi dinamakan Altruistic. Berbeda dengan yang terjadi pada solidaritas rendah digambarkan menurut Durkheim sebagai Egoistic/Anomic.
-          Egoistic suicide, akibat dari kurangnya integrasi dari individu dalam masyarakat karena lemahnya ikatan sosial
-          Anomic suicide, akibat norma sebagai sesuatu yang memerintah masih samar-samar. Adanya ketidakjelasan dari suatu norma.