kursor berjalan

Kamis, 11 Agustus 2011

NGAROT SEBAGAI SALAH SATU SIMBOL BUDAYA INDRAMAYU


NGAROT SEBAGAI SALAH SATU SIMBOL BUDAYA INDRAMAYU
Oleh: Indria Retna Mutiar

Indramayu kota mangga, itu yang menjadi julukan Indramayu. Bukan karena kota Indramayu dipenuhi dengan mangga tetapi konon katanya, mangga indramayu itu berbeda dengan mangga-mangga di daerah lain, entah itu dari segi rasanya maupun wanginya. Nama indramayu itu berasal dari nama seorang anak raja yang berkelana ke daerah (yang sekarang di namakan indramayu), bernama raden Wiralodra yang kemudian merubah wujud aslinya menjadi seorang perempuan cantik bernama nyi Endang Darma Ayu, dan nama indramayu di ambil dari kata “Darma” dan “Ayu” yang merupakan nama nyi Endang Darma Ayu.
Indramayu memiliki beberapa budaya yang khas, yang tidak di miliki oleh daerah lain salah satunya adalah “NGAROT”. Budaya ini yang harus di jaga dan di lestarikan, sehingga budaya ini akan tetap ada sampai nanti. Ngarot adalah salah satu budaya yang ada di indramayu yang sampai sekarang masih ada dan melekat pada masyarakat yang ada di dalamnya. Ngarot ini terdapat pada masyarakat di kecamatan Lelea kabupaten Indramayu. Pada awalnya ngarot ini merupakan suatu pesta adat sebagai bentuk rasa syukur atas panen padi yang di peroleh, tetapi seiring perkembangan zaman pada saat ini, ngarot bukan saja merupakan bentuk rasa syukur atas berhasilnya panen padi pada masyarakat indramayu tetapi juga sebagai hiburan. Hiburan di sini tidak lepas dari bentuk kebudayaan yang ada. Biasanya ngarot di adakan pada bulan desember, tepat dengan panen padi masyarakat setempat. Hal yang paling menarik pada kebudayaan ngarot ini adalah pada upacara adatnya, dimana para gadis-gadis yang masih perawan dan perjaka-perjaka di kumpulkan, kemudian di arak keliling desa dengan kostum yang telah di tentukan. Biasanya para gadis-gadis perawan ini mengenakan kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Mereka lantas berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan baju pangsi warna kuning dan celana gombrang warrna hitam, lengkap dengan ikat kepala, mengikuti di barisan belakang. Konon katanya apabila gadis yang sudah tidak perawan atau janda yang memaksakan untuk ikut upacara ngarot (keliling desa) maka bunga melati yang ada di kepalanya itu akan cepat layu dan akan mendapat malapetaka, dan sampai sekarang mitos tersebut masih di percayai masyarakat setempat. Percaya atau tidak itu tergantung penafsiran masing-masing, tapi masyarakat setempat masih mempercayai hal tersebut.
Di dalam adat ngarot bukan hanya ada upacara adat, tetapi ada pertunjukan-pertunjukan yang sangat menarik, salah satunya adalah tari topeng. Tari topeng ini juga merupakan budaya yang harus di lestarikan, karena semakin mengacu pada modernisasi terkadang melupaan kebudayaannya sendiri. Seperti contohnya musik-musik band yang banyak di sukai oleh muda-mudi di indramayu, sehingga cenderung melupakan kesenian yang ada di daerahnya, misalnya saja tarlingan. Tarlingan adalah salah satu bentuk hiburan yang ada di daerah indramayu, biasaya tarlingan/tarling ini dapat di jumpai pada acara-acara pernikahan, khitanan atau bisa juga pada acara-acara tertentu.
Perkembanga zaman yang semakin membawa kita pada perubahan yang mengarah modern tentu mempunyai dampak positif maupun negatif, tak heran jika pada setiap sekolah khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Bahasa Indramayu di muat dalam muatan lokal. Tujuannya adalah untuk mempelajari bahasa indramayu (bahasa krama) dan juga untuk mengenalkan budaya-budaya yang ada di indramayu.
Ngarot sendiri mulai mengalami perubahan, semula ngarot hanya ada upacara adat dan tari topeng tetapi sekarang ? Sekarang ini, muda-mudi yang menyukai band juga di ikutsertakan di dalam ngarot, pasalnya hampir sebagian besar muda-mudi indramayu menyukai band, sehingga ketika pertunjukan tari topeng di gelar berbarengan dengan pertunjukan band, hanya beberapa anak muda yang melihat tari topeng sebagian yang lainnya adalah orang tua dan anak kecil, ini membuktikan bahwa semakin melunturnya rasa cinta terhadap budaya daerah yang seharusnya kita jaga dan lestarikan.  
Sebenarnya ngarot merupakan suatu keberuntungan tersendiri bagi para penjual, karena masyarakat indramayu sangat antusias menyambut ngarot, mereka berbondong-bondong datang, entah itu hanya sekedar melihat-lihat ataupun ikut serta di dalamnya. Budaya yang patut di lestarikan keberadaannya, selain merupakan salah satu simbol budaya indramayu, ngarot juga merupakan warisan leluhur yang amat berharga.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar