kursor berjalan

Senin, 27 Mei 2013

MONUMEN NASIONAL (MONAS) SEBAGAI ARENA WISATA EDUKASI YANG EKONOMIS


Pengantar
Paper ini menyajikan mengenai hasil pengamatan etnografi. Adapun lokasi dari pengamatan ini yaitu tugu monas (monumen nasional). Pengamatan ini dilakukan penulis pada tanggal 7 dan 11 April 2013. Penulis melakukan pengamatan selama dua hari yaitu pada hari minggu tanggal 7 April dan hari kamis tanggal 11 April, hal ini bertujuan agar penulis mengetahui perbandingan dari keramaian pengunjung pada hari libur dengan hari-hari biasa. Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengungkapkan etnografi dan fenomena yang terjadi di monumen nasional atau biasa disebut dengan “tugu monas”.
Monumen nasional atau monas merupakan icon kota jakarta yang dibangun pada masa pemerintahan Soekarno, tujuan dari pembuatan monas ini adalah untuk mengenang perlawanan dan perjuangan masyarakat indonesia, sehingga Soekarno memutuskan untuk membangun monumen nasional ini. Monumen nasional di bangun dari tanggal 17 Agustus 1961 dan di buka pada tanggal 12 Juli 1975, atas perintah dari Soekarno[1].
Letak keberadaan monas sangatlah strategis, karena monas terletak di jantung ibu kota Jakarta. Sebagai icon yang memiliki keindahan serta keunikan ini, monas dijadikan sebagai tempat wisata. Setiap harinya banyak pengunjung yang berbondong-bondong datang ke sana. Terlebih lagi pada hari-hari tertentu, misalnya pada hari-hari libur, monas dipenuhi banyak pengunjung. Mereka berasal dari berbagai daerah yang berbondong-bondong untuk hanya sekedar berkumpul bersama sanak saudara ataupun untuk menikmati keindahan tugu monas. keunikan tugu monas ini dapat terlihat dari bentuknya yang unik, karena di ujung/atasnya terdapat emas yang menjulang tinggi, sehingga dari kejauhan pun dapat terlihat kemilauan dari emas tersebut.
Keindahan monas tidak hanya  pada bangunannya yang megah serta halamannya yang luas, lebih jauh lagi apabila memasuki monas, di sana terdapat museum yang berguna sebagai arena edukasi. Di dalam museum ini terdapat beberapa gambar-gambar yang tembus pandang/tiga dimensi, yang disebut dengan diorama. Di mana diorama-diorama tersebut merupakan ilustrasi yang menceritakan/sesuai dengan kejadian pada saat perjuangan kemerdekaan. Hal ini yang menjadikan monas lengkap sebagai arena edukasi yang “murah”, karena semua kalangan dapat menjangkaunya.
Arena edukasi ini sangat bermanfaat bagi pengunjung yang ingin melihat bahkan mengetahui sejarah bangsanya sendiri.Terlebih lagi dilengkapi dengan gambar-gambar ilustrasi yang menjadikannya menarik perhatian para pengunjung khususnya anak-anak. Di sini bukan hanya masyarakat lokal saja yang mengunjungi monas, tetapi para turis mancanegara pun sering mengunjungi tempat wisata ini. Keterjangkauan tempat wisata ini menjadikan monas diminati banyak pengunjung. Mulai dari kalangan menengah ke atas maupun kalangan menengah ke bawah.
Pada kondisi seperti ini, banyak pedagang asongan yang memanfaatkan situasi ini. Dapat terlihat, jika memasuki kawasan monas di sana banyak terdapat penjual-penjual dengan berbagai macam jualannya. Seperti berbagai aneka makanan, minuman, mainan anak-anak, baju-baju, layang-layang, penyewaan sepeda, bahkan jasa foto. Harganya pun cukup beragam, karena ada beberapa penjual yang mematok harga tinggi (dua kali lipat) dari harga biasa, tetapi ada juga penjual yang menetapkan harga standar. Di monas pun tersedia tempat parkir yang sangat luas, guna memudahkan para pengunjung menitipkan kendaraannya.
Wisata ke monas ini sangat menarik, karena selain monas sebagai tempat berwisata, monas juga merupakan arena edukasi yang relatif terjangkau. Terlihat dari berbagai pengunjung yang mengunjungi tempat wisata ini. Mulai dari mereka yang membawa kendaraan pribadi (baca: mobil, motor) sampai mereka yang datang bersama rombongannya atau pun yang menggunakan jasa angkutan umum (kereta, busway, taksi, dll). Dari sini dapat terlihat, bahwa monas banyak diminati, bukan hanya sekedar tempat berwisata tetapi juga dapat menjadi arena edukasi yang ekonomis.

Setting Wisata Edukasi Monas
Monumen nasional yang biasa disebut dengan monas ini merupakan inisiatif dari mantan Presiden RI, yaitu Soekarno, karena beliau ingin membangun sebuah bangunan yang mencirikan Jakarta, yang beliau sebut sebagai icon Jakarta. Inisiatif beliau yaitu monas sampai sekarang masih tetap terjaga keberadaannya, dan merupakan tempat wisata sekaligus arena edukasi yang ekonomis.
Monas terletak di ibu kota Jakarta (Jakarta pusat), sehingga monas merupakan salah satu tempat yang banyak diminati masyarakat, khususnya bagi masyarakat di luar ibu kota. Terlihat dari beberapa rombongan yang berkunjung ke monas saat hari-hari libur. Hal ini menandakan, daya tarik monas sebagai salah satu tempat wisata cukup tinggi.
Saat memasuki arena munumen nasional, akan terlihat pagar-pagar yang mengelilingi monas. Hal ini, menandakan adanya sebuah norma yang tak terlihat. Artinya, dengan adanya pagar-pagar yang mengelilingi monas ini, para pengunjung bisa tertib memasuki monas. Selain itu, di monas juga banyak terdapat pepohonan beserta rumput-rumput yang terawat, sehingga keindahan dan kebersihannya pun terjaga. Di antara pepohonan maupun halaman monas, terdapat tulisan-tulisan yang berisi peringatan seperti tulisan yang terdapat pada halaman depan monas, yang berisi peringatan untuk tidak merusak rumput-rumput yang ada di sekeliling monas.
Biasanya, halaman di sekitar monas ini, yang di tumbuhi banyak pepohonan merupakan tempat/arena para pengunjung untuk melihat keindahan monas atau pun sebagai sarana ngumpul-ngumpul, baik dengan keluarga maupun dengan kerabat, bahkan tidak sedikit yang membawa pasangannya. Para pengunjung, khususnya pada hari-hari libur terlihat memadati halaman monas, bahkan para pedagang yang menjajakan makanannya pun ikut memadati arena monas.
Ketika memasuki monas, para pengunjung harus melewati terowongan bawah tanah yang tidak begitu terang. Tempat loket tiket pun berada setelah kita melewati terowongan bawah tanah tersebut. Di sana terdapat beberapa petugas yang menjaga loket tersebut. memasuki monas, para pengunjung pun diperiksa kembali tiketnya, sebagai bukti telah melakukan transaksi. Ketika sampai pada pintu masuk pertama, maka di sana akan dijumpai museum monas yang merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah bangsa Indonesia.
Untuk memasuki lantai teratas monas/puncaknya monas, maka para pengunjung harus mengantre (apabila ramai) untuk memasuki lift. Ketika sampai di puncak, para pengunjung harus berdesak-desakan apabila monas dipenuhi banyak pengunjung, karena puncak teratas monas memiliki ruangan yang tidak begitu luas, sehingga para pengunjung harus bergantian melihat keindahan sekeliling monas dari puncak teratas tersebut. Di sana pun (puncak monas), terdapat penyewaan teropong yang berguna untuk melihat sekeliling monas secara jelas. Namun, untuk meminjamnya para pengunjung harus mengeluarkan kocek sebesar Rp1.000 (seribu rupiah) untuk membeli koin.
Keberadaan museum monas, yang merupakan salah satu arena edukasi sangatlah strategis, karena setiap pengunjung yang memasuki monas, dia akan melewati museum itu. Sehingga itu dapat menjadi salah satu penarik bagi pengunjung untuk sekedar melihat-lihat atau bahkan mengamati.

Arena Wisata Edukasi yang Ekonomis
Saat berlibur merupakan saat-saat yang dinantikan banyak orang untuk berkumpul bersama keluarga. Di sini peran penting sebuah arena atau tempat untuk merealisasikannya, dan monas merupakan tempat wisata yang ekonomis. Keterjangkauan monas menjadikannya selalu ramai dipadati pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.
Apabila berkunjung ke monas, dapat terlihat mulai dari pintu masuk sampai tempat parkir yang dipadati pengunjung (khususnya pada hari-hari libur). Namun pada hari-hari biasa, suasana monas tidaklah seramai pada hari-hari libur. Hal ini pun yang menjadikan daya tarik bagi para pedagang. Para pedagang memenuhi monas hanya pada saat-saat hari libur, sementara pada hari-hari biasa hanya ada beberapa pedagang saja. Hal ini menjadikan monas dipadati banyak pengunjung, selain itu sekeliling monas banyak bertebaran sampah-sampah bekas makanan, entah itu dari sampah dari penjual makanannya atau kah pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Namun, pada saat hari-hari biasa yang tidak dipadati pengunjung, mendadak sekeliling monas bersih dan rapi. Saat itu juga para petugas kebersihan membersihkan halaman monas. Ada yang menyapu halaman, memperindah rumput-rumput yang sudah tidak tertata, bahkan di saat pengunjung tidak ramai, halaman monas di jadikan tempat banyak kegiatan, seperti senam bersama saat pagi hari, latihan karate, tempat latihan patroli, dan lain-lain. Di bawah ini, hasil wawancara dengan salah-satu pedagang yang ada di monas bernama Asisah yaitu:
“Iya kalo libur itu rame, sampe 24 jam malah saya dagang di sini, apalagi kalo ada acara-acara gitu tambah rame. Tapi kalo hari-hari biasa sih ngga serame hari libur. Kita sih bebas dagang di mana aja, paling Cuma uang sampah aja”
Dari penuturan salah satu pedagang di atas, bahwa pada hari-hari biasa suasana monas tidaklah seramai seperti pada hari-hari libur yang dipadati pengunjung. Sisi-sisi jalan menuju monas pun sepi, penulis merlihat dari sisi jalan yang biasanya dipenuhi banyak pedagang yang menjajakan jajanannya menjadi sepi, hanya ada beberapa pedagang saja yang tersisa. Museum monas pun mendadak sepi (tidak seramai hari-hari libur). Namun, memasuki museum monas, terdapat beberapa rombongan anak-anak sekolah yang didampingi guru-gurunya. Mereka berkunjung ke museum monas untuk melihat-lihat sejarah peninggalan bangsa Indonesia masa lampau. Museum monas sangat berguna bagi anak-anak khususnya pelajar yang memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi mengenai sejarah bangsanya. Selain tempatnya yang luas, juga terdapat AC sehingga ruangan pun menjadi sejuk.
Museum monas terdapat banyak diorama-diorama sejarah perjuangan bangsa yang sangat membantu bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah bangsanya, selain ruangannya yang luas, juga penataannya sangat menarik. Para pengunjung dapat mempelajari sejarah perjuangan dengan melihat setiap sudut diorama yang dilengkapi dengan keterangan-keterangan sesuai dengan kejadian yang menggambarkan peristiwa-peristiwa perjuangan bangsa pada masa lampau.
Diorama-diorama yang terdapat pada museum monas ini, merupakan salah satu bentuk peninggalan yang patut di jaga keberadaannya, karena keberadaannya menjadi salah satu simbol perjuangan bangsa yang digambarkan melalui diorama-diorama tersebut. Wisata edukasi yang ekonomis ini sangat bermanfaat dan membantu guru-guru atau pun orang tua yang ingin menjelaskan sejarah bangsanya dengan memperlihatkan langsung gambaran kejadiannya, yaitu melalui diorama-diorama yang terdapat di museum monas tersebut.
Di sini, dengan adanya diorama mengenai sejarah bangsa tempo dulu, para pengunjung bisa belajar sejarah bangsa dengan menyenangkan, terlebih lagi tiket masuk yang sangat terjangkau. Hal ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Keterjangkauan museum monas ini dapat terlihat dari tiket masuk ke museum. Untuk harga tiket masuk ke museum monas diklasifikasikan berdasarkan umurnya. Biasanya harga untuk anak-anak, pelajar/mahasiswa lebih murah dibandingkan dengan pengunjung lainnya. Berikut adalah klasifikasi untuk harga tiket masuk museum monas:

Tabel I
Klasifikasi/golongan
Harga/orang
Anak-anak
Rp 2.000
Mahasiswa
Rp 3.000
Dewasa/umum
Rp 5.000
Sumber: data dari loket museum monas yang  diolah oleh penulis

Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa monumen nasional (monas) merupakan arena edukasi yang sangat ekonomis. Selain museum yang didalamnya terdapat diorama-diorama sejarah perjuangan bangsa indonesia, juga terdapat fasilitas-fasilitas umum untuk pengunjung, seperti disediakannya mushola dan toilet yang dibedakan (laki-laki dan wanita). Hal ini menjadi salah satu kenyamanan tersendiri bagi para pengunjung. Tidak hanya ke ekonomisannya saja yang menjadi daya tarik, namun keindahannya pun merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin berwisata bersama keluarga maupun karabat.
Wisata edukasi monas ini, sangatlah indah di pagi maupun malam hari. Pada pagi hari, suasana di sekitar monas dipenuhi dengan pepohonan yang sangat rindang. Hal ini membuat kenyamannan tersendiri bagi para pengunjung. Tempat parkir yang luas, halaman yang luas, serta museum yang menarik perhatian pengunjung. Terlebih lagi yaitu keterjangkauan harga tiket masuknya. Sehingga semua kalangan dapat menjangkaunya, mulai dari kalangan menengah atas sampai kalangan menengah bawah.

Kesimpulan
Berwisata adalah bentuk dari pengimplementasian kebersamaan, baik dengan keluarga maupun dengan kerabat. Monumen Nasional (monas) adalah salah satu tempat wisata edukasi yang ekonomis. Selain menyadiakan sarana/tempat untuk berkumpul, monas juga merupakan salah satu peninggalan yang di dalamnya terdapat museum perjuangan masyarakat Indonesia pada masa lampau.
Wisata edukasi ini, memiliki banyak keunikan, diantaranya adalah tempat masuk menuju monas yaitu dengan melewati terowongan yang lumayan panjang. Wisata edukasi ini merupakan salah satu wujud dari kekayaan bangsa Indonesia melalui bentuk peninggalan-peninggalan sejarahnya yang patut untuk di jaga. Keberadaan peninggalan-peninggalan sejarah ini terdapat pada museum monas.
Pada museum monas ini, terdapat diorama-diorama yang menarik para pengunjung. Penataan latar pada diorama-diorama tersebut seakan-akan hidup, sehingga memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjung untuk melihatnya. Selain itu, diorama-diorama itu dilengkapi dengan keterangan-keterangan kejadian pada masa perjuangan, sehingga para pengunjung dapat dengan mudah mengetahui apa yang terjadi pada masa perjuangan, khususnya dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan.
Wisata edukasi di museum monas ini, memberikan gambaran kepada masyarakat arti penting sebuah sejarah perjuangan bangsa, sehingga kita wajib untuk menjaganya. Keterjangkauan tiket masuk monas pun merupakan salah satu bentuk bahwa siapa saja boleh memasukinya, artinya bukan hanya kalangan-kalangan menengah atas yang dapat memasukinya, namun kalangan masyarakat kelas bawah pun dapat menjangkaunya. Di sini arti penting dari sebuah arena edukasi yang ekonomis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar