Pengantar
Paper ini menyajikan mengenai hasil pengamatan etnografi.
Adapun lokasi dari pengamatan ini yaitu tugu monas (monumen nasional).
Pengamatan ini dilakukan penulis pada tanggal 7 dan 11 April 2013. Penulis
melakukan pengamatan selama dua hari yaitu pada hari minggu tanggal 7 April dan
hari kamis tanggal 11 April, hal ini bertujuan agar penulis mengetahui perbandingan
dari keramaian pengunjung pada hari libur dengan hari-hari biasa. Tujuan
penulisan paper ini adalah untuk mengungkapkan etnografi dan fenomena yang
terjadi di monumen nasional atau biasa disebut dengan “tugu monas”.
Monumen nasional atau monas merupakan icon kota jakarta yang dibangun pada masa
pemerintahan Soekarno, tujuan dari pembuatan monas ini adalah untuk mengenang
perlawanan dan perjuangan masyarakat indonesia, sehingga Soekarno memutuskan
untuk membangun monumen nasional ini. Monumen nasional di bangun dari tanggal
17 Agustus 1961 dan di buka pada tanggal 12 Juli 1975, atas perintah dari
Soekarno[1].
Letak keberadaan monas sangatlah strategis, karena monas
terletak di jantung ibu kota Jakarta. Sebagai icon yang memiliki keindahan serta keunikan ini, monas dijadikan
sebagai tempat wisata. Setiap harinya banyak pengunjung yang berbondong-bondong
datang ke sana. Terlebih lagi pada hari-hari tertentu, misalnya pada hari-hari
libur, monas dipenuhi banyak pengunjung. Mereka berasal dari berbagai daerah
yang berbondong-bondong untuk hanya sekedar berkumpul bersama sanak saudara
ataupun untuk menikmati keindahan tugu monas. keunikan tugu monas ini dapat
terlihat dari bentuknya yang unik, karena di ujung/atasnya terdapat emas yang
menjulang tinggi, sehingga dari kejauhan pun dapat terlihat kemilauan dari emas
tersebut.
Keindahan monas tidak hanya pada bangunannya yang megah serta halamannya
yang luas, lebih jauh lagi apabila memasuki monas, di sana terdapat museum yang
berguna sebagai arena edukasi. Di dalam museum ini terdapat beberapa
gambar-gambar yang tembus pandang/tiga dimensi, yang disebut dengan diorama. Di
mana diorama-diorama tersebut merupakan ilustrasi yang menceritakan/sesuai
dengan kejadian pada saat perjuangan kemerdekaan. Hal ini yang menjadikan monas
lengkap sebagai arena edukasi yang “murah”, karena semua kalangan dapat
menjangkaunya.
Arena edukasi ini sangat bermanfaat bagi pengunjung yang
ingin melihat bahkan mengetahui sejarah bangsanya sendiri.Terlebih lagi
dilengkapi dengan gambar-gambar ilustrasi yang menjadikannya menarik perhatian
para pengunjung khususnya anak-anak. Di sini bukan hanya masyarakat lokal saja
yang mengunjungi monas, tetapi para turis mancanegara pun sering mengunjungi
tempat wisata ini. Keterjangkauan tempat wisata ini menjadikan monas diminati
banyak pengunjung. Mulai dari kalangan menengah ke atas maupun kalangan
menengah ke bawah.
Pada kondisi seperti ini, banyak pedagang asongan yang
memanfaatkan situasi ini. Dapat terlihat, jika memasuki kawasan monas di sana
banyak terdapat penjual-penjual dengan berbagai macam jualannya. Seperti
berbagai aneka makanan, minuman, mainan anak-anak, baju-baju, layang-layang,
penyewaan sepeda, bahkan jasa foto. Harganya pun cukup beragam, karena ada
beberapa penjual yang mematok harga
tinggi (dua kali lipat) dari harga biasa, tetapi ada juga penjual yang
menetapkan harga standar. Di monas pun tersedia tempat parkir yang sangat luas,
guna memudahkan para pengunjung menitipkan kendaraannya.
Wisata ke monas ini sangat menarik, karena selain monas
sebagai tempat berwisata, monas juga merupakan arena edukasi yang relatif
terjangkau. Terlihat dari berbagai pengunjung yang mengunjungi tempat wisata
ini. Mulai dari mereka yang membawa kendaraan pribadi (baca: mobil, motor)
sampai mereka yang datang bersama rombongannya
atau pun yang menggunakan jasa angkutan umum (kereta, busway, taksi, dll).
Dari sini dapat terlihat, bahwa monas banyak diminati, bukan hanya sekedar
tempat berwisata tetapi juga dapat menjadi arena edukasi yang ekonomis.
Setting Wisata Edukasi Monas
Monumen nasional yang biasa disebut dengan monas ini
merupakan inisiatif dari mantan Presiden RI, yaitu Soekarno, karena beliau
ingin membangun sebuah bangunan yang mencirikan Jakarta, yang beliau sebut
sebagai icon Jakarta. Inisiatif
beliau yaitu monas sampai sekarang masih tetap terjaga keberadaannya, dan
merupakan tempat wisata sekaligus arena edukasi yang ekonomis.
Monas terletak di ibu kota Jakarta (Jakarta pusat), sehingga
monas merupakan salah satu tempat yang banyak diminati masyarakat, khususnya
bagi masyarakat di luar ibu kota. Terlihat dari beberapa rombongan yang berkunjung
ke monas saat hari-hari libur. Hal ini menandakan, daya tarik monas sebagai
salah satu tempat wisata cukup tinggi.
Saat memasuki arena munumen nasional, akan terlihat
pagar-pagar yang mengelilingi monas. Hal ini, menandakan adanya sebuah norma
yang tak terlihat. Artinya, dengan adanya pagar-pagar yang mengelilingi monas
ini, para pengunjung bisa tertib memasuki monas. Selain itu, di monas juga
banyak terdapat pepohonan beserta rumput-rumput yang terawat, sehingga
keindahan dan kebersihannya pun terjaga. Di antara pepohonan maupun halaman
monas, terdapat tulisan-tulisan yang berisi peringatan seperti tulisan yang
terdapat pada halaman depan monas, yang berisi peringatan untuk tidak merusak
rumput-rumput yang ada di sekeliling monas.
Biasanya, halaman di sekitar monas ini, yang di tumbuhi
banyak pepohonan merupakan tempat/arena para pengunjung untuk melihat keindahan
monas atau pun sebagai sarana ngumpul-ngumpul,
baik dengan keluarga maupun dengan kerabat, bahkan tidak sedikit yang
membawa pasangannya. Para pengunjung, khususnya pada hari-hari libur terlihat
memadati halaman monas, bahkan para pedagang yang menjajakan makanannya pun
ikut memadati arena monas.
Ketika memasuki monas, para pengunjung harus melewati
terowongan bawah tanah yang tidak begitu terang. Tempat loket tiket pun berada
setelah kita melewati terowongan bawah tanah tersebut. Di sana terdapat
beberapa petugas yang menjaga loket tersebut. memasuki monas, para pengunjung
pun diperiksa kembali tiketnya, sebagai bukti telah melakukan transaksi. Ketika
sampai pada pintu masuk pertama, maka di sana akan dijumpai museum monas yang
merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah bangsa Indonesia.
Untuk memasuki lantai teratas monas/puncaknya monas, maka
para pengunjung harus mengantre (apabila ramai) untuk memasuki lift. Ketika
sampai di puncak, para pengunjung harus berdesak-desakan apabila monas dipenuhi
banyak pengunjung, karena puncak teratas monas memiliki ruangan yang tidak
begitu luas, sehingga para pengunjung harus bergantian melihat keindahan
sekeliling monas dari puncak teratas tersebut. Di sana pun (puncak monas),
terdapat penyewaan teropong yang berguna untuk melihat sekeliling monas secara
jelas. Namun, untuk meminjamnya para pengunjung harus mengeluarkan kocek sebesar Rp1.000 (seribu rupiah)
untuk membeli koin.
Keberadaan museum monas, yang merupakan salah satu arena
edukasi sangatlah strategis, karena setiap pengunjung yang memasuki monas, dia
akan melewati museum itu. Sehingga itu dapat menjadi salah satu penarik bagi
pengunjung untuk sekedar melihat-lihat atau bahkan mengamati.
Arena Wisata Edukasi yang Ekonomis
Saat berlibur merupakan saat-saat yang dinantikan banyak orang
untuk berkumpul bersama keluarga. Di sini peran penting sebuah arena atau
tempat untuk merealisasikannya, dan monas merupakan tempat wisata yang
ekonomis. Keterjangkauan monas menjadikannya selalu ramai dipadati pengunjung,
baik lokal maupun mancanegara.
Apabila berkunjung ke monas, dapat terlihat mulai dari
pintu masuk sampai tempat parkir yang dipadati pengunjung (khususnya pada
hari-hari libur). Namun pada hari-hari biasa, suasana monas tidaklah seramai
pada hari-hari libur. Hal ini pun yang menjadikan daya tarik bagi para
pedagang. Para pedagang memenuhi monas hanya pada saat-saat hari libur,
sementara pada hari-hari biasa hanya ada beberapa pedagang saja. Hal ini
menjadikan monas dipadati banyak pengunjung, selain itu sekeliling monas banyak
bertebaran sampah-sampah bekas makanan, entah itu dari sampah dari penjual
makanannya atau kah pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Namun, pada
saat hari-hari biasa yang tidak dipadati pengunjung, mendadak sekeliling monas
bersih dan rapi. Saat itu juga para petugas kebersihan membersihkan halaman
monas. Ada yang menyapu halaman, memperindah rumput-rumput yang sudah tidak
tertata, bahkan di saat pengunjung tidak ramai, halaman monas di jadikan tempat
banyak kegiatan, seperti senam bersama saat pagi hari, latihan karate, tempat
latihan patroli, dan lain-lain. Di bawah ini, hasil wawancara dengan salah-satu
pedagang yang ada di monas bernama Asisah yaitu:
“Iya kalo libur itu rame, sampe 24 jam malah saya dagang di sini, apalagi
kalo ada acara-acara gitu tambah rame. Tapi kalo hari-hari biasa sih ngga
serame hari libur. Kita sih bebas dagang di mana aja, paling Cuma uang sampah
aja”
Dari penuturan salah satu pedagang di atas, bahwa pada hari-hari
biasa suasana monas tidaklah seramai seperti pada hari-hari libur yang dipadati
pengunjung. Sisi-sisi jalan menuju monas pun sepi, penulis merlihat dari sisi
jalan yang biasanya dipenuhi banyak pedagang yang menjajakan jajanannya menjadi
sepi, hanya ada beberapa pedagang saja yang tersisa. Museum monas pun mendadak
sepi (tidak seramai hari-hari libur). Namun, memasuki museum monas, terdapat
beberapa rombongan anak-anak sekolah yang didampingi guru-gurunya. Mereka
berkunjung ke museum monas untuk melihat-lihat sejarah peninggalan bangsa
Indonesia masa lampau. Museum monas sangat berguna bagi anak-anak khususnya
pelajar yang memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi mengenai sejarah
bangsanya. Selain tempatnya yang luas, juga terdapat AC sehingga ruangan pun
menjadi sejuk.
Museum monas terdapat banyak diorama-diorama sejarah
perjuangan bangsa yang sangat membantu bagi mereka yang ingin mengetahui
sejarah bangsanya, selain ruangannya yang luas, juga penataannya sangat
menarik. Para pengunjung dapat mempelajari sejarah perjuangan dengan melihat
setiap sudut diorama yang dilengkapi dengan keterangan-keterangan sesuai dengan
kejadian yang menggambarkan peristiwa-peristiwa perjuangan bangsa pada masa
lampau.
Diorama-diorama yang terdapat pada museum monas ini,
merupakan salah satu bentuk peninggalan yang patut di jaga keberadaannya,
karena keberadaannya menjadi salah satu simbol perjuangan bangsa yang
digambarkan melalui diorama-diorama tersebut. Wisata edukasi yang ekonomis ini
sangat bermanfaat dan membantu guru-guru atau pun orang tua yang ingin
menjelaskan sejarah bangsanya dengan memperlihatkan langsung gambaran
kejadiannya, yaitu melalui diorama-diorama yang terdapat di museum monas
tersebut.
Di sini, dengan adanya diorama mengenai sejarah bangsa
tempo dulu, para pengunjung bisa belajar sejarah bangsa dengan menyenangkan,
terlebih lagi tiket masuk yang sangat terjangkau. Hal ini yang menjadi daya
tarik tersendiri bagi pengunjung. Keterjangkauan museum monas ini dapat
terlihat dari tiket masuk ke museum. Untuk harga tiket masuk ke museum monas
diklasifikasikan berdasarkan umurnya. Biasanya harga untuk anak-anak,
pelajar/mahasiswa lebih murah dibandingkan dengan pengunjung lainnya. Berikut
adalah klasifikasi untuk harga tiket masuk museum monas:
Tabel I
Klasifikasi/golongan
|
Harga/orang
|
Anak-anak
|
Rp 2.000
|
Mahasiswa
|
Rp 3.000
|
Dewasa/umum
|
Rp 5.000
|
Sumber: data dari loket museum monas yang diolah oleh penulis
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa monumen nasional
(monas) merupakan arena edukasi yang sangat ekonomis. Selain museum yang didalamnya
terdapat diorama-diorama sejarah perjuangan bangsa indonesia, juga terdapat
fasilitas-fasilitas umum untuk pengunjung, seperti disediakannya mushola dan
toilet yang dibedakan (laki-laki dan wanita). Hal ini menjadi salah satu
kenyamanan tersendiri bagi para pengunjung. Tidak hanya ke ekonomisannya saja
yang menjadi daya tarik, namun keindahannya pun merupakan daya tarik tersendiri
bagi pengunjung yang ingin berwisata bersama keluarga maupun karabat.
Wisata edukasi monas ini, sangatlah indah di pagi maupun
malam hari. Pada pagi hari, suasana di sekitar monas dipenuhi dengan pepohonan
yang sangat rindang. Hal ini membuat kenyamannan tersendiri bagi para
pengunjung. Tempat parkir yang luas, halaman yang luas, serta museum yang menarik
perhatian pengunjung. Terlebih lagi yaitu keterjangkauan harga tiket masuknya.
Sehingga semua kalangan dapat menjangkaunya, mulai dari kalangan menengah atas
sampai kalangan menengah bawah.
Kesimpulan
Berwisata adalah bentuk dari pengimplementasian
kebersamaan, baik dengan keluarga maupun dengan kerabat. Monumen Nasional
(monas) adalah salah satu tempat wisata edukasi yang ekonomis. Selain
menyadiakan sarana/tempat untuk berkumpul, monas juga merupakan salah satu
peninggalan yang di dalamnya terdapat museum perjuangan masyarakat Indonesia
pada masa lampau.
Wisata edukasi ini, memiliki banyak keunikan, diantaranya
adalah tempat masuk menuju monas yaitu dengan melewati terowongan yang lumayan
panjang. Wisata edukasi ini merupakan salah satu wujud dari kekayaan bangsa
Indonesia melalui bentuk peninggalan-peninggalan sejarahnya yang patut untuk di
jaga. Keberadaan peninggalan-peninggalan sejarah ini terdapat pada museum
monas.
Pada museum monas ini, terdapat diorama-diorama yang
menarik para pengunjung. Penataan latar pada diorama-diorama tersebut
seakan-akan hidup, sehingga memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjung
untuk melihatnya. Selain itu, diorama-diorama itu dilengkapi dengan
keterangan-keterangan kejadian pada masa perjuangan, sehingga para pengunjung
dapat dengan mudah mengetahui apa yang terjadi pada masa perjuangan, khususnya
dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan.
Wisata edukasi di museum monas ini, memberikan gambaran
kepada masyarakat arti penting sebuah sejarah perjuangan bangsa, sehingga kita
wajib untuk menjaganya. Keterjangkauan tiket masuk monas pun merupakan salah
satu bentuk bahwa siapa saja boleh memasukinya, artinya bukan hanya
kalangan-kalangan menengah atas yang dapat memasukinya, namun kalangan
masyarakat kelas bawah pun dapat menjangkaunya. Di sini arti penting dari
sebuah arena edukasi yang ekonomis.
[1] Diakses melalui: http://www.iradiofm.com/intermezzo/serba-serbi/273-serbaserbi-jakarta/2764-menjelajah-masa-lalu-monumen-nasional,
pada tanggal 13 April 2013, pukul 17.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar